Showing posts with label Sejarah Ujungharapan. Show all posts
Showing posts with label Sejarah Ujungharapan. Show all posts

KH. Noer Alie

KH. Noer Alie
Pada abad ke-20 daerah Ujungmalang adalah perkampungan kecil dengan luas 50 hektar, secara administratif masuk wilayah Onder-District Babelan, Districk Bekasi, Regentschap (Kabupaten) Meester Cornelis Residensi Batavia.
Pada tahun 1914 lahirlah bayi laki-laki yang diberi nama "Noer Alie" yang berarti "cahaya yang tinggi". Noer Alie lahir dari rahim Maimunah binti Tarbin atas bantuan Maklimah (paraji) yang tinggal di Kampung Asem. Ayahnya bernama Anwar bin Layu yang bekerja sebagai petani, kakek Noer Alie bernama Layu yang berasal dari Pondok Ungu, sedangkan neneknya bernama Nurhani yang berasal dari Kampung Sumur Kelender.
Noer Alie merupakan anak ke-empat dari 10 bersaudara diantaranya: H. Tayyeb, Hj. Arfah, Hj. Ma'ani, KH. Noer Alie, Hj. Marhamah, H. Marzuki, Aburrasyid, H. Muhyiddin, Mujtaba dan Hasanah. 

Karir:
1937-1940
:
Ketua Persatuan Muslimin Jakarta di Makkatul Mukarromah
1940-1945
:
Guru Kepala Agama Pesantren Ujung Malang
1945-1946
:
Anggota KNI Kabupaten Jatinegara
1945-1946
:
Ketua KNI Ujung Malang
1946-...
:
Ketua Umum MPHS (Markas Pusat Hizbullah Sabilillah) Daerah Jakarta Raya
1946-...
:
Ketua Umum Partai Masyumi Cabang Bekasi
1947-1950
:
Koordinator Bupati Jatinegara
1949-...
:
Ketua Umum Lembaga Pendidikan Islam (LPI) di Jakarta
1950-1956
:
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bekasi
1954-...
:
Ketua Badan Permusyawaratan 'Alim Ulama di Jakarta
1954-...
:
Wakil Ketua I Partai Masyumi Jawa Barat
1954
:
Anggota Majelis Syuro Partai Masyumi pusat
1956-Maret 1957
:
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Peralihan Kabupaten Bekasi
13 Mei 1957-5 Juli 1959
:
Anggota Konstituante Republik Indonesia (menggantikan Sjafruddin Prawiranegara)
Ujungharapan Kel. Bahagia Kec. Babelan Kab. BekasiUjungharapan Kel. Bahagia Kec. Babelan Kab. BekasiUjungharapan Kel. Bahagia Kec. Babelan Kab. BekasiUjungharapan Kel. Bahagia Kec. Babelan Kab. BekasiUjungharapan Kel. Bahagia Kec. Babelan Kab. Bekasi

Share:

KH. Mahmud Ma'shum

KH. Mahmud Maksum Ma'shum
KH. Mahmud Ma'shum merupakan anak ke-9 dari Tuan Guru Ma'shum yaitu salah satu Guru KH. Noer Alie yang berada di Ujungharapan Kp. Bulak saat itu yang kini menjadi wilayah Kantor Kelurahan Bahagia (Musholla Nurul Falah). Beliau juga dikenal sebagai Pemuka Agama yang mendampingi KH. Noer Alie dimasa perjuangan Kemerdekaan RI-1945 serta sebagai Tokoh Agama yang berperan dalam membina masyarakat Ujungharapan bersama KH. Noer Alie kala itu.


Tempat/Tgl. Lahir : Bekasi, 1918
Tempat/Tgl. Wafat : Bekasi, 07 Februari 1990
Gelar : Tokoh Agama

Adapun Riwayat Singkat KH. Mah'mud Ma'shum sebagai berikut:
Agu 1945 - Mei 1947
:
Sebagai Wakil Komandan Batalion Pimpinan KH. Noer Alie di Kesatuan Laskar Hizbullah Bn. III Res. IV Div. III Daerah Bekasi - Karawang
Mei 1947 - Sept 1947
:
Bergabung di Kesatuan A.L.R.I Ki IV Bn. K.R.U.Z. Res. IV Pangkalan II Rengas Dengklok Karawang di bawah Pimpinan Mayor M. Hasibuan (alm).
Sep 1947 - 27 Des 1949
:
M.P.H.S. Markas Pusat Hizbullah Sabilillah di Daerah Banten, sebagai Wakil Komandan Batalion di bawah Pimpinan KH. Noer Alie.
1949 - ...
:
Kembali Kemasyarakat Membangun Sekolah Rakyat Islam (SRI), menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Yayasan Attaqwa.

Membentuk L.P.I. (Lembagan Pendidikan Islam) bersama dengan KH. Noer Alie di Ujungharapan Desa Bahagia Babelan Bekasi saat itu.
1966 - ...
:
Mendapatkan Tunjangan dari Pemerintah Berdasarkan PP 3
1981 - ...
:
Mendapatkan Gelar Kehormatan sebagai Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia dari Departemen Pertahanan Keamanan Republik Indonesia di Jakarta.
Share:

Tuan Guru Ma'shum bin Dimun

"Tuan Guru Ma'shum" merupakan salah satu guru kampung yang mengajar ilmu Agama dan Al-Qur'an di masyarakat, kiprahnya sebagai guru kampung karena adanya mengajar secara tulus ikhlas dalam mengamalkan ilmu yang dimiliki kepada masyarakat, juga sebagai bentuk pengabdiannya terhadap masyarakat. "Tuan Guru Ma'shum" tidak pernah terpikir kalau ternyata ada salah satu muridnya yang memiliki bakat kuat yang akan membawa nama besar dalam peradaban di wilayah Utara Bekasi yakni "KH. Noer Alie" yang juga tercatat sebagai salah satu Pahlawan Nasional Republik Indonesia sebab keberanian dan keteguhannya dalam membela bangsa.

"Tuan Guru Ma'shum" tinggal di Ujungharapan Bulak yang wilayahnya kini berada di Depan Kantor Kelurahan Bahagia (Musholla Nurul Falah). Orang tua "Tuan Guru Ma'shum" bernama "Dimun" yang diketahui memiliki anak diantaranya "Tuan Guru Ma'shum" dan perempuan "Kar" yang sampai kini keturunanya masi ada.

Berdasarkan catatan Silsilah Keluarga Tuan Guru Ma'shum bahwa beliau sempat dua kali berumah tangga dengan istri pertamanya bernama "Gunung" yang dikaruniai 10 orang anak diantaranya:
1. KHODIJAH menikah dengan GURU ABD. ROHMAN
2. MUHAMMAD menikah dengan JUHRO
3. SALBIAH menikah dengan H. SYAFI'IE
4. JULAIHA menikah dengan SARBINIH
5. NAFSIAH menikah dengan LUAR
6. SALAM menikah dengan ROMIAH
7. ABD. GHANI menikah dengan RIOT
8. FATIMAH menikah dengan MESTER
9. KH. MAHMUD menikah dengan a. RAMANIH, b. MARIAH, c. TASLIMAH
10. NUR menikah dengan MAIMUNAH

Adapun pernikahannya dengan istri kedua bernama "Mungil" tidak dikaruniai anak. Dari 10 anak terhadap istri pertamanya "Gunung" adalah salah satu yang melanjutkan jejak "Tuan Guru Ma'shum" sebagai Guru Agama, Ulama dan Tokoh Agama di Ujungharapan yakni "KH. Mahmud Ma'shum" dimana kiprahnya turut berdampingan dengan perjalanan KH. Noer Alie.

Makam "Tuan Guru Ma'shum" berada di tengah permukiman penduduk Nurul Falah, adapun makam istri pertamanya "Gunung" berada di Kober Al-Barkah (Puskesmas Lama) dan makam istri keduanya "Mungil" belum diketahui keberadaannya.

Share:

Pembentukan Badan Jalan KH. A. Tajuddin

KH. Noer Alie bersama Kepala Desa H. A. Wardi Murdani beserta masyarakat turun kejalan untuk membuka akses Jalan KH. A. Tajuddin sebagai jalan utama menuju wilayah Timur Ujungharapan sebagai akses tembus hingga Kelurahan Kebalen.
Share:

Glodogan H. Minar

Glodogan H. Minar yang berada di pojok utara tanah Kantor Kelurahan Bahagia, di tahun 1990 an Glodogan tersebut masi terlihat bentuknya namun kini sudah tidak lagi, "Glodogan" yaitu seperti pertigaan aliran air atau potongan aliran air yang terbentuk seperti pintu air, yang potongan tersebut dimaksudkan untuk mengaliri air ke area yang dibutuhkan secara khusus dengan mengambil sumber dari saluran air yang melintas.

Glodogan tersebut sempat fenomenal dengan nama Glodogan Kong H. Minar disebabkan adanya kisah-kisah mistis yang warga dapati disana seperti suara kuda di tengah malam padahal lingkungan tersebut saat itu sudah tidak ada lagi yang memiliki kuda, dengan begitu warga meyakini bahwa itu adalah suara kuda Kong H. Minar, sebab dahulu Kong H. Minar memiliki kuda dan di glodogan tersebut tempat Kong H. Minar biasa mengaliri air untuk lahan pertaniannya, sehingga glodogan tersebut terkenal dengan julukan glodogan Kong H. Minar.

Kong H. Minar merupakan Warga Ujungharapan yang ada kaitannya sebagai keturunan dari keluarga asal Banten yang membuka hutan di wilayah Ujungharapan pada mulanya.
Share:

Ujungharapan Zaman Kemandoran Hingga Kelurahan dan Perubahan Nama Kampung

Tahun 1930 Ujungharapan saat itu bernama Kampung Ujung Malang yang pemimpin kampungnya disebut mandor, berikut rentetan tahun zaman kemandoran:

Tahun 1930-1935 dipimpin oleh H. PI’IH
Tahun 1935-1940 dipimpin oleh H. MOCHAMAD ALI
Tahun 1940-1945 dipimpin oleh M. ALI
Tahun 1945-1953 dipimpin oleh MOHAMMAD TOYYIB

Pada tahun 1953 kemandoran dihapus dan diganti menjadi DESA UJUNG MALANG TENGAH. Adapun rentetan kepemimpinan Kepala Desa sebagai berikut:

Tahun 1953-1968 dipimpin oleh H. MARDJUKI ANWAR
Tahun 1968-1974 dipimpin oleh H. MA'ALI SYAMSUDDIN

Dimasa kepemimpinan H. MA'ALI SYAMSUDDIN terjadi perubahan dari nama Kampung UJUNG MALANG TENGAH menjadi DESA BAHAGIA berkat prakarsa H. ADAM MALIK yang saat itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri disela kunjungan silaturahminya ke Ujungharapan bersama Almaghfurlah KH. NOER ALIE, tepatnya tahun 1970 juga nama Kampung UJUNG MALANG menjadi UJUNGHARAPAN sampai dengan saat ini.

Tahun 1974-1976 dipimpin oleh H. AMIN
Tahun 1976-1977 dipimpin oleh M. BAKRI
Tahun 1977-1978 dipimpin oleh ENDJANG SOEKARDI, BA
Tahun 1978-1998 dipimpin oleh H. A. WARDI MURDANI

Dimasa kepemimpinan H. A. WARDI MURDANI Desa Bahagia dimekar menjadi dua yakni Desa Bahagia dan Desa Kebalen.

Tahun 1998-1999 dipimpin oleh H. DJUNAIDI
Tahun 1999-2001 dipimpin oleh BUCHORI MUSLIM Pjs yang menghantarkan pemilihan Kepala Desa berikutnya
Tahun 2001-2008 dipimpin oleh H. MOH. MAMIE AR

Dimasa kepemimpinan H. MOH. MAMIE AR Desa Bahagia di usulkan berubah status menimbang satu dan lain hal demi menjaga stabilitas sosial masyarakat maka berdasarkan hasil musyawarah bersama Tokoh dan Pemuka Agama disepakati status DESA diusulkan berubah menjadi KELURAHAN dan pada tanggal 13 Oktober 2008 ditunjuklah Pejabat Kepala Kelurahan Bahagia PERTAMA yakni Bapak SUBRIO DEHAN, S.AP yang menghantarkan perubahan sampai pada 18 Maret 2009 secara resmi status DESA BAHAGIA berubah menjadi KELURAHAN BAHAGIA.

Tahun 2008-... dipimpin oleh SUBRIO DEHAN, S.AP
Tahun ...-... dipimpin oleh H. RUDI KHOIRUDDIN
Tahun 2013-2017 dipimpin oleh H. NAJMUDDIN, S.Ag
Tahun 2017-2019 dipimpin oleh ZAHROIN DJAMIL
Tahun 2019-2020 dipimpin oleh M. AMIN MUSTOFA MURIKH
Tahun 2020-2025 dipimpin oleh HOIRUL ANWAR, S.STP., M.Si
Share:

Awal Terbentuknya Kampung Ujungharapan

Kampung yang asal namanya "Ujungmalang" dirubah menjadi "Ujungharapan", perubahan tersebut tentu memiliki makna tersendiri bagai masyarakat, dimana dalam kampung tersebut berdiri tegak Pondok Pesantren Attaqwa sebagai simbol harapan warga masyarakat yang bertaqwa sehingga memiliki makna "Kota Santri". Pondok Pesantren Attaqwa sebagai pusat kegiatan belajar mengajar para santri dan masyarakat juga sebagai pusat keagamaan di Ujungharapan.

Berdasarkan keterangan salah seorang warga Ujungharapan berinisial "AJ" yang termasuk anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) menuturkan bahwa Ujungharapan awalnya termasuk wilayah hutan, sehingga menjadi wilayah padat penduduk seperti saat ini dikisahkan "bahwa ada satu keluarga Asal Banten yang hijrah dan menetap di tanah tersebut, keluarga tersebut membangun rumah dan hidup disana, ia pun membuka lahan pertanian sebagai sumber kehidupan keluarganya, seiring berjalannya waktu akhirnya wilayah tersebut terus tumbuh dan berkembang menjadi wilayah hunian yang akhirnya membentuk sebuah kampung dan terus berkembang hingga saat ini yang kita kenal sabagai Ujungharapan".
 
Terdapat berberapa fase perubahan di Ujungharapan sebagaimana di urai dalam "Ujungharapan Zaman Kemandoran Hingga Kelurahan dan Perubahan Nama Kampung" yakni masa kepemimpinan yang di pimpin kampung sampai dengan saat ini.
Share:

Pasang Iklan

Layanan Iklan

Popular Posts

Recent Posts